Filsafat Ilmu
Ilmu Pengetahuan dan Pengetahuan
Ilmu pengetahuan memiliki perbedaan
dengan pengetahuan. Banyak yang belum tahu dan sadar akan perbedaan ini. Ilmu
pengetahuan dan pengetahuan memang terdengar mirip tetapi ada hal mendasar yang
membedakannya. Apa saja yang mebedakan Ilmu pengetahuan dengan
pengetahuan? Untuk menjawab pertanyaan
ini lebih baik, pertama harus mengetahui apa itu ilmu pengetahuan (ilmu) dan
apa itu pengetahuan.
Ilmu adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan
itu. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengertikan kepingan
pengetahuan satu putusan sendiri, bebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan
ide yang mencakub ke objek (atau dalam objek) yang sama dan saling berkaitan
secara logis.
Ilmu hanya sebagian kecil dari
pengetahuan yang luas. Ilmu adalah proses sistematis, bermetode, objektif,
mengkaji kebenaran dari pengetahuan. Di bab selanjutnya akan dijelaskan lebih
jelas tentang apa itu ilmu, sifat-sifat serta anatomi atau komponen ilmu.
A. Ilmu
A. Ilmu
Ilmu pengetahuan (sience) memiliki perbedaan dengan pengetahuan. Banyak
yang belum tahu dan sadar akan perbedaan ini. Ilmu pengetahuan dan pengetahuan
memang terdengar mirip tetapi ada hal mendasar yang membedakannya.
Ilmu berasal dari kata ”alima(bahasa
arab) yang berarti tahu, jadi ilmu maupun science secara etimologis berarti
pengetahuan. Science berasal dari kata scio, scire(bahasa latin yang
artinnya tahu). Secara terminologis ilmu dan science punya pengertian yang sama
yaitu pengetahuan. Mohamad hatta menuliskan : tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan
yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang
sama tabit maupun kedudukannya tampak dari luar. Maupun menurut bangunannya
dari dalam.
Prof. Drs Harsojo, Guru besar
antropologi di universitas Pajajaran menerangkan bahwa ilmu adalah akumulasi
pengetahuan yang sistematis, suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap
seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu,
dunia yang pada prinsipnya dapat diamati, oleh panca indra. Suatu cara menganalisa
yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proporsi bentuk.
Ilmu adalah hal-hal yang diketahui
(keseluruhan dari kebenaran-kebenaran) yang terkait antara satu dengan yang
lainnya secara sistematis. Ilmu menurut Ralp Ross ”science empirical ,
rational, general and cumulative and is all four once ( ilmu itu empiris ,
rasional, umum dan bertimbun bersusun dan semuanya serentak).
Dalam Kamur Besar Bahasa Indonesia, Ilmu
adalah pengetahuan tentang suaru bidang yang disusun seara bersistem menurut
metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu dibidang (pengetahuan) itu.
Ilmu adalah sebagian pengetahuan
bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda
dengan iman, yaitu pengetahuan yang didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib
dan penghayatan serta pengalaman pribadi.
Dari demikian banyak perngertian Ilmu
diatas, bisa kira tarik kesimpulan bahwa Ilmu adalah pengetahuan yang
sistematis, memiliki metode, dapat diukur dan juga dapat dipertanggung
jawabkan.
B. Pengetahuan
Secara etimologi
pengetahuan berasal dari bahasa Inggris knowledge.
Dalam Encyclopedia of phylosofi dijelaskan bahwa pengetahuan adalah
kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan secara
terminologi, menurut Gazalba (dalam Bachtiar :85) pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari
kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik
arau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan adalah hasil dari proses usaha
manusia untuk tahu.
Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang datang sebagai hasil dari aktifitas panca indra untuk mengetahui, yaitu
terungkapnya suatu kenyataan dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadanya.
Sedangkan, ilmu menghendaki lebih jauh, luas dan dalam dari pengetahuan. Berpikir pada dasarnya merupakan
proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak
pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada
sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Gerak pemikiran ini dalam
kegiatannya mempergunakan lambang yang merupakan abstraksi dari obyek yang
sedang kita pikirkan. Salah satu lambangnya yaitu dengan bahasa, maksudnya dengan
bahasa obyek-obyek kehidupan yang konkret dapat dinyatakan dengan kata-kata.
Menurut Notoatmodjo
(2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telingan. Saham (2000: 6)
mengemukakan bahwa dalam kehidupan manusia, pengetahuan terdiri atas :
- Pertama, Common sense atau pengetahuan biasa. Pengetahuan ini biasanya terjadi pada hal hal umum yang orang banyak mengakui kebenarannya. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air bisa digunakan untuk menghilangkan haus, menyiram tanaman, dan lain lain.
- Kedua, Ilmu atau science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ilmu merupakan suatu metode berfikir secara objektif, tujuannya untuk menggambarkan dan memberikan makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu adalah melalui observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisi ilmu itu objektif dan mengenyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian (subjektif), karena dimulai dengan fakta.
- Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
- Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Allah lewat para utusan-Nya.
Persamaan Pengetahuan,
dan Ilmu Pengetahuan
Keduanya mencari
rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya
|
Keduanya memberikan
pengertian mengenai hubungan yang ada antara kejadian-kejadian yang kita
alami dan mencoba menunjukan sebab-sebabnya
|
Keduanya hendak memberikan
sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
|
Keduanya mempunyai
metode dan sistem
|
Keduanya hendak
memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia
(objektivitas) akan pengetahuan yang lebih mendasar
|
Perbedaan Pengetahuan,
dan Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan
|
Ilmu Pengetahuan
|
Yang dipelajari
terbatas karena hanya sekedar kemampuan yang ada dalam diri kita untuk
mengetahui sesuatu hal.
|
Cenderung kepada hal
yang dipelajari dari sebuah buku panduan.
|
Objek penelitian yang
terbatas
|
Ilmu pengetahuan
adalah kajian tentang dunia material.
|
Tidak menilai objek
dari suatu sistem nilai tertentu.
|
Ilmu pengetahuan
adalah definisi eksperimental.
|
Bertugas memberikan
jawaban
|
Ilmu Pengetahuan
dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari pengamatan empiris
|
Dari pembahasan diatas mengenai ilmu dan
pengetahuan dapat kita lihat terdapat hubungan dalam kedua hal tersebut. Ilmu
atau science adalah tindak lanjut dari pengetahuan, melalui proses eksperimen
sampai tahap tahap tertentu.
SIFAT-SIFAT DAN ASUMSI DASAR ILMU
a. Ilmu bertujuan menjelaskan segala
yang ada dialam
} Ciri umum
dari kebenaran ilmu pengetahuan yang bersifat Rasional,Empiris dan sementara. Rasional
artinya kebenaran itu ukuranya akal,sesuatu dianggap benar menurut ilmu apa
bila masuk akal. Contoh, bangunan mesjid
dipulau penyengat dibangun berdasarkan teknik-teknik arsitektur yang
indah ini bisa diterima akal, tapi tidak bisa diterima oleh ilmu apabila dibuat
dengan kekuatan ghaib.
Ada tiga sifat dasar yang melekat
pada ilmu. Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (2007: 140)
- Ilmu menjelajah dunia empirik tanpa batas
sejauh dapat ditangkap oleh panca indera (dan indera yang lain),
- Tingkat kebenarannya relatif dan tidak sampai
kepada tingkat kebenaran yang mutlak,
- Ilmu menemukan proposisi-proposisi (hubungan
sebab akibat) yang teruji secara empirik.
b. Asumsi Dasar
Ilmu
Ilmu
sendiri pada dasarnya memiliki dasar asumsi yang tak boleh diganggu gugat agar
ilmu bisa tetap berdiri.
Indera
bisa dipercaya. Ini adalah asumsi pertama yang di ajukan. Seorang ilmuan sama
sekali tidak bisa bekerja begitu dia tidak mempercayai inderanya. Dalam bidang
filsafat, yang mana dahulunya sering menyatu dengan ilmu, indra boleh jadi
tidak dipercayai. Sayangnya pendapat ini akan berakibat fatal bagi ilmu, karena
jika hal ini tidak dipercayai maka segala penelitian pecuma saja, karena toh
Indra kita tidak dipercaya.
Dapat dikemukakan tiga asumsi dasar ilmu
Dunia ini ada
Fenomena yang ditangkap oleh indera manusia berhubungan satu sama lain
Percaya akan kemampuan indera yang menangkap fenomena itu,
Ilmu adalah pengetahuan yang sistematik.
Pentinganya asumsi terhadap ilmu
Sifat benda tidak akan berubah dalam jangka waktu tertentu. Asumsi ini
penting karena kita membutuhkan dasar bahwa benda-benda memiliki
ketetapan. Benda-benda seharusnya memiliki sifat yang sama dalam jangka
waktu tertentu, dan tidak berubah tiba-tiba tanpa alasan apapun. Baik
sifat objek secara individu (karena mempengaruhi penelitian) juga sifat-sifat
benda-benda pada umumnya. Jika tidak mengasumsikan ketetapan sifat dari
benda-benda secara umum maka tidak mungkin ada peramalan.
Anatomi/Komponen Ilmu
Ilmu adalah
pengetahuan-pengetahuan yang telah memiliki tolak ukur tersendiri. Hasnah (2011:65)
mengemukan bahwa Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri,
tanda, syarat tertentu, yaitu sestematik, rasional, empiris, universal,
objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif
Secara terminologi, ilmu mempunyai ciri-ciri utama (Kartanegara:2003),
Yaitu:
a.
Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris,
sistematis dapat diukur dan dibuktika. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan
yang didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta
pengalaman pribadi
b.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengertikan
kepingan pengetahuan satu putusan sendiri, bebaliknya ilmu menandakan seluruh
kesatuan ide yang mencakub ke objek (atau dalam objek) yang sama dan saling
berkaitan secara logis.
c.
Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan
masing-masing penalaran perseorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalam dirinya
sendiri, hipotesis-hipotesis dan teori-teori
yang belum sepenuhnya dimantapkan.
d.
Di pihak lain, yang seringkali berkaitan dengan konsep ilmu
(pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode-metode yamg berhasil dan
hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencarian
ilmu.
e. Ciri hakiki lainya dari ilmu adalah metodologi, sebab kaitan
logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan
tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah.
f.
Kesatuan setiap ilmu bersumber dalam kesatuan objeknya.
Ilmu baru bisa
dianggap jika memiliki komponen atau bagian-bagian di dalamnya. Maka komponen atau
bagian-bagiannya tersebutlah yang menjadi syarat utama untuk mengakui bahwa hal
tersebut baru bisa dikatakan ilmu.
Menurut Bahm, ilmu pengetahuan setidaknya melibatkan
enam komponen penting: 1) masalah (problems); 2) sikap (attitude);
3) metode (method); 4) aktivitas (activity); 5)
kesimpulan (conclusion); 6) pengaruh (effects).
a.
Masalah (Problems)
Menurut Bahm, suatu masalah bisa dianggap ilmiah, sedikitnya
memiliki tiga ciri: 1) terkait dengan komunikasi; 2) sikap ilmiah dan 3) metode
ilmiah. Tidak ada masalah yang disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa
dikomunikasikan kepada orang lain. Jika belum atau tidak dapat dikomunikasikan
kepada orang lain atau masyarakat maka belum dianggap ilmiah. Tidak ada masalah
yang pantas disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa dihadapkan pada
sikap ilmiah. Demikian pula tidak ada masalah yang pantas disebut ilmiah
kecuali harus terkait dengan metode ilmiah.
b.
Sikap (attitude)
Sikap ilmiah (scientific attitude) menurut Bahm
setidaknya harus memiliki enam ciri pokok, yaitu: 1) keingintahuan (curiosity);
2) spikulasi (speculativeness); 3) kemauan untuk berlaku objektif (willingness
to be objective); 4) terbuka (open-maindedness); 5) kemauan untuk
menangguhkan penilaian (willingness to suspend judgment) dan 6) bersifat
sementara (tentativity).
a.
Keingintahuan (curiosity). Keingintahuan harus
dimiliki oleh seorang ilmuwan, seperti keinginan untuk menyelidiki,
investigasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
b.
Spikulasi (spiculativeness).
Hal ini penting dalam rangka menguji hipotesis. Spikulasi juga merupakan ciri
penting dalam sikap ilmiah.
c.
Kesadaran untuk
berlaku objektif (willingness to be objective). Sikap ini penting,
sebab objektivitas merupakan ciri ilmiah. Sikap demikian harus dimiliki
oleh seorang ilmuwan. Menurut Bahm sikap objektif harus memenuhi syarat-sayarat
sebagai berikut:
a) Memiliki sifat rasa ingin tahu
terhadap apa yang diselidiki untuk memperoleh pemahaman sebaik mungkin;
b) Melangkah dengan berdasarkan pada
pengalaman dan alasan, artinya, pengalaman dan alasan saling mendukung, karena
alasan yang logis dituntut oleh pengalaman;
c) Dapat menerima data sebagaimana
adanya (tidak ditambah dan dikurangi). Hal ini terkait dengan sikap objkektif
seorang ilmuwan;
d) Bisa menerima perubahan (fleksibel,
terbuka), artinya jika objeknya berubah, maka seorang ilmuwan mau menerima
perubahan tersebut;
e) Berani menanggung resiko kekeliruan.
Oleh sebab itu trial and error merupakan karakteristik dari seorang
ilmuwan.
f) Tidak mengenal putus asa, artinya
gigih dalam mencari objek atau masalah, hingga mencapai pemahaman secara
maksimal.
d.
Terbuka (open mindedness), artinya selalu bersedia
menerima kritik dan saran ilmuwan lain secara lapang dada.
e.
Menangguhkan keputusan/penilaian (willingness to suspend
judgment), artinya bersedia menangguhkan keputusan sampai semua bukti
penting terkumpul.
f.
Bersifat sementara, artinya harus menerima bahwa kesimpulan
ilmiah bersifat sementara.
c.
Metode (Method)
Menurut Bahm, bahwa esensi dari sebuah pengetahuan adalah
metode. Setiap pengetahuan memiliki metodenya sendiri sesuai dengan
permasalahannya. Meski diantara para ilmuwan terjadi perbedaan tentang metode
ilmiah, tetapi mereka sepakat bahwa masalah tanpa observasi tidak akan menjadi
ilmiah, sebaliknya observasi tanpa masalah juga tidak akan menjadi ilmiah.
Menurutnya, bahwa ilmu pengetahuan adalah aktivitas menyelesaikan masalah dan
melihat metode ilmiah sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik yang esensial
bagi penyelesaian masalah. Ada lima langkah esensial dan ideal –menurut Bahm–
dalam menerapkan metode ilmiah yang harus dipahami oleh seorang peneliti
(ilmuwan), yaitu 1) memahami masalah; 2) menguji masalah; 3) menyiapkan solusi;
4) menguji hipotesis dan 5) memecahkan masalah.
d.
Aktivitas (Activity)
Aktivitas dimaksud adalah penelitian ilmiah, yang memiliki
dua aspek: individual dan sosial. Aktivitas penelitian ilmiah meliputi:
1) observasi; 2) membuat hiopotesis, 3) menguji observasi dan hipotesis dengan
cermat dan terkontrol.
e.
Kesimpulan (Conclusion)
Kesimpulan merupakan penilaian akhir dari suatu sikap,
metode dan aktivitas. Kesimpulan ilmiah tidak pasti, tetapi bersifat
sementara dan tidak dogmatis. Bahkan jika kesimpulan dianggap dogmatis,
maka akan mengurangi sifat dasar dari ilmu pengetahuan tersebut. Pada dasarnya
ilmu pengetahuan itu bersifat tidak stabil, setiap generasi berhak untuk
menginterpretasikan kembali tradisi ilmu pengetahuan itu.
f.
Pengaruh (Effects)
Ilmu pengetahuan memiliki dua pengaruh, yaitu: 1) pengaruh
terhadap teknologi dan industri; 2) pengaruh pada peradaban manusia.
Industrialisasi yang berkembang dengan pesat merupakan produk dari ilmu
pengetahuan yang mempunyai dampak besar terhadap perkembangan ilmu, sehingga
nampak seperti yang terjadi dalam perubahan sifat ilmu itu sendiri. Proses
industrialisasi tidak akan dapat diputarulang yang akhirnya ilmu pengetahuan
itu sendiri mengalami proses terindustrialisasi. Ilmu pengetahuan yang
terindustrialisasi ini menjadi bagian utama dari penggerak ilmu pengetahuan
dan menjadi sebuah sumber bidang penelitian yang memiliki prestise
tinggi.
Ilmu pengetahuan (dengan produk teknologinya), juga memiliki
dampak negatif, misalnya dipergunakannya senjata nuklir sebagai alat pemusnah
massal di Hiroshima pada perang Dunia II (termasuk pengeboman Iraq oleh Amerika
dan Sekutunya sekarang ini). Berbagai reaksi timbul dari dampak negatif ini.
Maka lahirlah perkumpulan-perkumpulan ilmuwan yang peduli terhadap masalah
dampak negatif teknologi, seperti Federasi ilmuwan Atom, Badan Penelitian
Teknologi US, Masyarakat Internasional untuk Penelitian Teknologi, Kongres
Internasional.
Menurut Bahm, bahwa seseorang yang memiliki perhatian pada
permasalahan ilmiah bisa disebut sebagai ilmuwan, kerena sikap ilmiah merupakan
bagian dari seorang ilmuwan. Seseorang yang berhasil mengungkap permasalahan
dengan menggunakan metode tertentu –meski tidak paham banyak
mengenai sifat ilmu— bisa disebut sebagai ilmuwan. Demikian pula
seseorang yang mengamati kesimpulan dari seorang ilmuwan dan memiliki concern
dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan juga bisa dikatakan telah
memiliki aspek ilmiah dalam dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Hasnah
Fauzih (2011), Filsafat Ilmu. Pekanbaru. Cendikia Insani
http://rifkaputrika.wordpress.com/2013/03/29/iad/ dikutip pada 24 09 2014
Sifat sifat ilmu pengetahuan http:/id.shoong.com
Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (2007: 140)
sifat-sifat ilmu